Sabtu, 13 Desember 2014

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK



MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

D
i
 s
u
s
u
n

Oleh : kelompok 11

Nama :
 1. Mahyuni Manurung
2. Novita Desandra Tanjung
3. Lanar Nurcholis alfatan

Kelas : B - II sore


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN  MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN 2013





BAB I
PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang Masalah
Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Masa dewasa, yang merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan pada masa remaja. Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi isi bahasannya berbeda, karena masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan dan karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja. Oleh karena itu, perkembangan sosial orang dewasa tidak akan jauh berbeda kaitannya dengan perkembangan sosial remaja.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.         Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2.         Apa saja karakteristik perkembangan sosial anak, remaja, dan dewasa?
3.         Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial?
4.         Bagaimana pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku?
5.         Mengapa dan bagaimana perkembangan sosial seseorang dijadikan implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan?
3.      Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.             Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial
2.             Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak sampai dewasa
3.             Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial
4.             Untuk mengetahui pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku seseorang
5.             Untuk mengetahui alasan dan implikasi perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan pendidikan.



BAB II
PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA

A. Pengertian Perkembangan Sosial
Hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa: Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
B. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).

Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan integritas.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.

1.    Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga. Dan banyak aspek dan dimensi teknis yang terkait dengan pengasuhan keluarga, seperti di siplin, jumlah dan urutan kelahiran saudara kandung, keuangan, keadaan atau kondisi, dan kesehatan keluarga yang memberi kontribusibagi perkembangan psikososial anak-anak muda.

2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

D.      Perkembangan Sosial Pada Masa Sekolah
Perkembangan sosial pada anak masa sekolah sudah sangat luas. Perkembangan sosial dan kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak mulai melepaskan diri dari keluarga dan makin mendekatkan diri pada orang-orang disamping keluarga.
Perkembangan sosial pada anak masa sekolah ini ditandai dengan beberapa aktivitas dengan teman sebaya, yang akan mengurangi interaksi anak dengan keluarga. Anak pada masa ini akan membagi interaksinya antara pergaulan sosialnya dengan kehidupan keluarga.

1.      Kegiatan Bermain
Dibanding dengan masa sebelumnya anak pada usia sekolah ini mau tidak mau akan mengurangi waktu bermain daripada masa sebelumnya. Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan sosial anak. Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman yang akan memberikan berbagai pengalaman berharga.

2.      Interaksi dengan anak-anak sebaya
Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua. Interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan. Persahabatan pada awal masa sekolah pada umumnya terjadi atas dasar aktivitas bersama. Hubungan persahabatan itu bersifat timbal balik dan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
·         ada saling pengertian,
·          saling membantu,
·         saling percaya,
·         saling menghargai dan menerima.
Teman sebaya pada umumnya adalah teman sekolah atau teman bermain di luar sekolah. Minat terhadap kegiatan kelompok mulai timbul. Mereka memiliki teman-teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama, seperti belajar bersama, melihat pertunjukan, bermain dan sebagainya.
v  Masa kanak-kanak akhir ini dibagi menjadi dua fase
Ø  Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antarausia 6/7 – 9/10 tahun, biasaya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar
Ø  Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antarausia 9/10 – 12/13 tahun, biasaya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar.
v  Adapun ciri-ciri anak masa kelas-kelas rendah adalah:
Ø  Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
Ø  Suka memuji diri sendiri
Ø  Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting
Ø  Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya.
Ø  Suka meremehkan orang lain
v  Ciri-ciri anak masa kelas-kelas tinggi adalah:
Ø  Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari
Ø  Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
Ø  Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
Ø  Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat sebagai prestasi belajar
Ø  Anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

E.       Perkembangan Sosial Remaja 
  1. Memperluas kontak sosial. Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahanya, apakan disekolah atau dilingkungan tetngga. Remaja mulai menginginkan teman yang memiliki nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuat rasa aman, mereka dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua.
  2. Mengembangakan identitas diri. Remaja dalam kehidupannya mulai ingin menjawab pertanyaan tentang dirinya, siapakah saya?
  3. Menyesuaikan dengan kematangan seksual.
  4. Belajar menjadi orang dewasa.
a)      Sikap Sosial Remaja
Perkembangan sikap sosial remaja ada yang disebut sikap konformitas dan sikap heteroseksual. Sikap konformitas merupakan sikap ke arah penyamanan kelompok yang menekankan remaja dapat bersifat positif dan negatif. Sikap konformitas yang negatif seperti pengrusakan, mencuri dll. Sedang konformitas positif misalnya menghabiskan sebagian waktu dengan anggota lain yang melibatkan kegiatan sosial yang baik.
Perubahan sikap dan perilaku seksual remaja yang paling menonjol adalah bidang heteroseksual ( Hurlock, 1991). Mereka mengalami perkembangan dari tidak menyukai lawan jenis, menjadi menyukai lawan jenis. Kesempatan dalam berbagai kegiatan sosial semakin luas, yang menjadikan remaja memiliki wawasan yang lebih luas. Remaja semakin mampu dalam berbagai kemampuan sosial yang dapat meningkatkan kepercayaan diri.
v  Terkait dengan hubungan heteroseksual ada beberapa tujuan yang dicapai yaitu;
  • Remaja dapat berlajar berinteraksi dengan lawan jenis, dimana akan mempermudah perkembangan sosial mereka terutama kehidupan keluarga.
  • Remaja akan dapat melatih diri untuk menjadi mandiri, yaitu diperoleh dengan berbagai kegiatan sosial.
  • Remaja akan mendapatkan status tersendiri dalam kelompok.
  • Remaja dapat belajar melakukan memilih teman.
Orang tua dan pendidik harus membimbing remaja agar dapat mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, memperoleh perangkat nilai, serta sistem atis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

F.        Perkembangan Sosial Dewasa Awal
Pada masa dewasa awal/dewasa dini, perkembangan emosi dan sosial sangat berkaitan dengan adanya perubahan minat. Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi perubahan minat pada masa ini adalah perubahan kondisi kesehatan, perubahan status sosial ekonomi, perubahan dalam pola kehidupan, perubahan peran seks, perubahan status dari yang belum menikah ke status menikah. Pemahaman akan makna cinta yang sebenarnya mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan pasangan, anak-anak, dan lingkungan si sekitarnya yang pada akhirnya mempengaruhi kebahagiaan individu tersebut.
Untuk perkembangan sosialnya, sebagaimana yang ditekankan oleh Erikson, masa dewasa sini merupakan masa krisis isolasi (Hurlock, 1991). Hal ini dikarenakan kegiatan sosial pada masa dewasa dini sering dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaaan dan keluarga. Peran sosial sering terbatas, sehingga dapat juga mempengaruhi persahabatan, pengelompokan sosial serta nilai-nilai yang diberikan pada popularitas individu.

1.      Perkembangan Sosial Dewasa Madya
Santrock (2002) menekankan bahwa perkembangan emosi sosial dan moral yang menjadi titik perhatian pada masa dewasa madya adalah berkenaan dengan beberapa hal, yaitu:

2.      Pernikahan dan Cinta
Pada masa dewasa madya, fase kehidupan keluarga mempengaruhi ciri khas perkembangan emosinya. Pada fase ini berada pada taraf kestabilan dalam berumah tangga. Stabilitas dicapai karena perjuangn pasangan dalm memupuk cintanya selama bertahun-tahun dengan dipengaruhi sikap toleransi antar pasangan.
3.      Sindrom sarang kosong
Sebuah peristiwa penting dalam keluarga apabila anak-anak yang beranjak dewasa mulai meninggalkan rumah menuju ke kedewasaan. Sindrom sarang kosong ini menyatakan bahwa kepuasan pernikahan akan menurun karena anak-anak mulai meninggalkan orangtuanya. Orangtua yang mengalami ini bilamana selama masa sebelumnya kepuasan ada pada interaksi bersama anak-anak.

4.      Hubungan Persaudaraan dan persahabatan
Hubungan dengan saudara semakin meningkat pada usia ini. Pada masa ini biasanya individu dituntut untuk membimbing masa-masa sebelumnya. Begitupun dengan persahabatan dengan beberapa teman, pada masa ini mengalami peningkatan. Berbagai aktivitas sosial maupun olahraga merupakan beberapa hal yang sering dilakukan bersama.

5.      Pengisian Waktu Luang
Individu pada masa dewasa madya atau tengah perlu menyiapkan diri unguk masa pensiun, baik secara keuangan maupun psikologis. Membangun dan memenuhi aktivitas-aktivitas luang merupakan bagian yang penting untuk persiapan masa pensiun, sehingga peralihan ke masa usia lanjut tidak begitu menekan individu yang dapat menyebabkan cemas.

6.      Hubungan antar generasi
Kedekatan antar generasi terlihat semakin dekatnya anak-anak yang beranjak dewasa dengan orangtuanya, terutama itu dan anak perempuan.

G.      Perkembangan Sosial Dewasa Akhir

1.      Teori Sosial Lanjut Usia
Latrancois (1984) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan hubungan antara umur manusia dengan kegiatannya:
a.       Teori disangrefement. Teori ini secara formal diajukan oleh Cumming dan Henry pada tahun 1961. Teori ini berpendapat bahwa semakin tinggi manusia akan diikuti secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan dunia.
b.      Teori Activity. Teori ini bertolak belakang dengan teori yang pertama, menyatakan bahwa semakin tua seseorang akan semakin memilihara hubungan sosial, fisik maupun emosionalnya. Kepuasan hidup orang tua sangat tergantung pada kelangsungan keterlibatannya pada berbagai kegiatan.

2.      Keluarga dan Hubungan Sosial
Pola kehidupan keluarga mengalami perubahan seiring meningkatnya usia seseorang. Pensiun yang berarti berkurangnya pendapatan, kematian pasangan, keduanya juga mempengaruhi kehidupan dalam keluarga. Semua perubahan menuntut penyesuaian.
  • Hubungan dengan pasangan hidupnya
  • Hubungan dengan anak
  • Ketergantungan orang tua
  • Hubungan dengan para cucu
Hubungan dengan orang lain cenderung dan berkurang atau menurun. Kontak sosial dengan teman atau sahabat yang masih terjalin memiliki efek yang sangat positif bagi lanjut usia.
Lanjut usia akan lebih menikmati waktunya dengan temannya daripada dengan keluarganya, karena dengan sesama lanjut usia mereka lebih dapat berdiskusi dengan masalah-masalah yang mereka hadapi bersama dan saling membantu memecahkan masalah masing-masing.

H.  Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya.


Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
   a.Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan
       akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan      tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
   b.Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi  pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.

I.     Implikasi Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belummemahami benar tentang norma-norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang kuarang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan sosial remaja yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat

1. Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya. Dengan cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua yaitu :

a.     Pola asuh bina kasih (induction)
     Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantias memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang

b.    Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
                   Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak dapat menerimanya.
c.     Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala.
Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya.
2.    Lingkungan Sekolah
Di dalam mengembankan hubungan social remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.

3. Lingkungan Masyarakat
a.     Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b.    Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
J.    Tingkah Laku Sosial Pada Priode Remaja
Masa remaja adalah saat mencoba melakukan peranan sosial yang baru yang menuntut cara-cara bertingkah laku sosial tertentu. Dalam suasana mencoba melaksanakan peranan sosial tingkah laku sosial yang baru ini. Remaja dapat saja mengalami berbagai rintangan dan kegagalan. Ada berbagai macam kekhususan tingkah laku sosial remaja yang penting untuk di pahami, yaitu:
1.             Ketertarikan terhadap lawan jenis. Hal ini merupakan suatu perubahan hubungan sosial yang menonjol pada priode remaja. Ketertarikan terhadap lawan jenis dapat di lihat dari kegembiraan dalam kelompok anggota yang kelompok anggotanya heterogan, yaitu terdiri dari pria dan wanita yang sebelumnya remaja menyukai berkelompok dengan anggota kelompok yang homogen, yaitu terdiri wanita sama wanita dan pria sama pria. Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki remaja untuk dapat menjadi populer diantaranya menampilkan fisik yang menarik (pria dengan bentuk tubuh yang gagah dan wanita dengan wajah yang menawan dan tubuh yang seimbang, sikap yang tenang namun periang, dan penuh perhatian) (hurlock, 1980).
2.             Kemandirian bertingkah laku sosial, tingkah laku lainnya yang berkembang pada priode remaja adalah tingkah laku sosial yang mandiri, artinya remaja memilih dan menentukan sendiri dengan siapa dia akan berteman. Karena remaja berusaha mandiri dalam bersosialisasi maka diharapkan remaja dapat mengambil keputusan tingkah laku yang tepat dalam menghadapi orang-orang yang baru dalam situasi yang baru, dan semua ini memerlukan proses belajar
3.             Kesenangan berkelompok, hidup berkelompok teman sebaya merupakan kebutuhan pada masa remaja.(hurlock 1980)
a.    Kelompok Temen Dekat
Kelompok ini muncul pada masa remaja awal atau puber yang terdiri dari dua atau tiga orang teman dekat dengan jenis kelamin yang sama. Dalam kelompok terdiri saling membantu pemecahan masalah, berbagai rasa aman namun tidak jarang terjadi pertengkaran, tapi mereka akan rukun kembali.
b.    Kelompok Kecil
Teman yang dipilih cenderung yang sama minat dan sama pandangan dalam memahami permasalah hidup.
c.    Kelompok Besar
Kelompok ini terbentuk sejalan ddengan peningkatan aktivitas remaja itu seperti kegiatan rekreasi, acara-acara kesenian,olah raga ,dll.
d.   Kelompok Terorganisasi
Merupakan kelompok pemuda yang terorganisasi oleh orang dewasa untuk tujuan pembinaan terhadap remaja. Kegiatan nya diarahkan kepada kegiatan yang bermamfaat bagi perkembangan remaja itu sendiri maupun masyarakat.
e.    Kelompok Geng
Kelompok ini beranggotakan remaja yang ditolak atau tidak puas dalam kelompok terorganisasi, lalu menggabungkan diri menjadi kelompok yang disebut geng.
Fungsi teman sangat penting bagi remaja terutama sebagai tempat berbagi rasa dan penderitaan maupun kebahagian serta belajar cara-cara menghadapi masalah yang banyak timbul karena tugas-tugas perkembangan yang harus mereka kuasai. Pada masa remaja akhir teman lawan jenis sangat penting walaupun teman sesama jenis tetap dibutuhkan. Teman yang dipilih ceenderung yang sama pandangan dan memahami permasalahan kehidupan.
K.      Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Sosial
Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang, baik secara individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek. Terdapat perbedaan individual manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan teori komprehensif yang di kemukan oleh Erickson yang menyatakan bahwa manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh , alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beraneka ragam.
Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola yang sesuai dengan kepribadiannya.
L.  Upaya Guru Pembimbing Mengatasi Masalah Perkembangan Sosial Remaja Sesuai Bidang Bimbingan
Dalam masalah sosial, guru pembimbing sangat dibutuhkan dalam menangani masalah ini. Dengan cara mendiagnosis masalah sosial siswa, diagnosis dilakukan dalam rangka memberikan solusi terhadap siswa yang mengalami masalah sosial. Untuk mendapatkan solusi secara tepat atas permasalahan sosialnya, guru pembimbing harus terlebih dahulu melakukan identifikasi dalam upaya mengenali gejala-gejala secara cermat terhadap fenomena-fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya permasalahan sosial yang melanda siswa. Diagnosis dilakukan untuk mengetahui dan menetapkan jenis masalah yang dihadapi klien lalu menentukan jenis bimbingan yang akan diberikan. Dalam melakukan diagnostic sosial siswa perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Mengenal peserta didik yang mengalami masalah sosial.
Dalam mengenali peserta didik yang mengalami masalah sosial, cara yang paling mudah adalah dengan melaksanakan sosiometri. Sosiometri merupakan suatu metode untuk mengumpulkan data tentang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Sehingga, akan tergambar siswa yang mengalami masalah sosial.
2.       Memahami sifat dan jenis masalah sosial.
Langkah kedua dari diagnosis masalah sosial ini mencari dalam hubungan apa saja peserta didik mengalami masalah sosial. Dalam hal ini guru pembimbing memperhatikan bagaimana perilaku siswa dalam pergaulan, baik di sekolah, rumah dan masyarakat.
3.       Menetapkan latar belakang masalah sosial.
Langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang latar belakang yang menjadi sebab timbulnya masalah sosial yang dialami siswa. Cara ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku siswa yang bersangkutan, selanjutnya dilakukan wawancara dengan guru, wali kelas, orang tua dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi yang luas dan jelas.
4.  Menetapkan usaha-usaha bantuan.
Setelah diketahui sifat dan jenis masalah sosial serta latar belakangnya, maka langkah selanjutnya ialah menetapkan beberapa kemungkinan tindakan-tindakan usaha bantuan yang akan diberikan, berdasarkan data yang diperoleh.
5. Pelaksanaan bantuan.
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari langkah sebelumnya, yakni melaksanakan kemungkinan usaha bantuan. Pemberian bantuan dilaksanakan secara terus menerus dan terarah dengan disertai penilaian yang tepat sampai pada saat yang diperkirakan. Bantuan untuk mengentaskan masalah sosial terutama menekankan akan penerimaan sosial dengan mengurangi hambatan-hambatan yang menjadi latar belakangnya. Pemberian bantuan ini bisa dilakukan melalui layanan konseling kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok.
6. Tindak lanjut.
Tujuan langkah ini ialah untuk menilai sejauh manakah tindakan pemberian bantuan telah mencapai bantuan telah mencapai hasil yang diharapkan. Tindak lanjut dilakukan secara terus menerus, baik selama, maupun sesudah pemberian bantuan. Dengan langkah ini dapat diketahui keberhasilannya.
Dalam menjalankan tugasnya, guru pembimbing harus mengacu kepada BK pola 17 plus karena guru pembimbing sebagai sosok dalam penentu berhasil atau tidaknya proses konseling itu. Adapun BK pola 17 plus itu terdiri atas enam jenis bidang bimbingan: bimbingan pribadi, belajar, sosial, karir, berkeluarga, beragama. Dan sembilan jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, mediasi. Serta lima kegiatan pendukung: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konfrensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus. Satuan dari kegiatan pola BK 17 plus sebagai berikut : Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya, yang dilandasi budi pekerti dan tanggung jawab kemasyarakatan dan bernegara. Bimbingan pribadi berorientasi pada diri individu sendiri, bidang pengembangan sosial, yaitu hubungan individu dengan orang-orang lain. Unsur-unsur komunikasi dan kebersamaan dalam arti yang seluas-luasnya menjadi acuan pokok dalam bidang pengembangan sosial.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
1.        Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kenutuhan hidup manusia.
2.        Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
3.        Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak, status sosial ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama intelek dan emosi.
4.        Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
5.        Tiga hal penting yang mempengaruhi perkembangan sosial pada tingkat awal adalah orang tua dan keluarga,ditambah kelompok remaja (peer group) dan sekolah tempat anak mengembangkan keterampilan sosial. Kelompok anak laki-laki dan kelompok anak perempuancenderung berbeda dalam menilai sikap dan tingkah lakui. Kelompok anak laki-laki yang agresif dan terampil dalam olah raga adalah penting. Kelompok anak perempuan yang menarik dan populer adalah penting.
6.        Anak-anak mulai berintraksi sosial dengan anak-anak lain, mula-mula dengan anggota keluarga di rumah, kemudian di sekitar tetangga dan akhirnya ke sekolah. Aturan –aturan  di rumah ditambah aturan-aturan di sekolah.

B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penyusun menyarankan setiap calon pendidik dapat memahami konsep perkembangan sosial peserta didiknya.
Daftar Pustaka

Kurnia, inggrid dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

1 komentar:

  1. Best Betting Sites in the UK (2021) - DrMCD
    This list 부산광역 출장안마 is 대구광역 출장샵 not exhaustive. With 광주광역 출장마사지 the exception of betting sites which offer this kind of betting platform, most online 안양 출장마사지 bookmakers have chosen to offer it to 수원 출장샵

    BalasHapus