MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
D
i
s
u
s
u
n
Oleh
: kelompok 11
Nama
:
1. Mahyuni Manurung
2.
Novita Desandra Tanjung
3.
Lanar Nurcholis alfatan
Kelas
: B - II sore
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
TAHUN
AJARAN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Peserta
didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain
untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya,
pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling
berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan
mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian
dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal
manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan
dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Perkembangan
sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai
individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai
atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan
lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau
percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti
opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada
lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku
yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti
luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku
tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik,
miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat
dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial,
situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Masa dewasa,
yang merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak
perkembangan pada masa remaja. Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi
isi bahasannya berbeda, karena masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan
dan karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja. Oleh karena itu,
perkembangan sosial orang dewasa tidak akan jauh berbeda kaitannya dengan
perkembangan sosial remaja.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2.
Apa
saja karakteristik perkembangan sosial anak, remaja, dan dewasa?
3.
Apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial?
4.
Bagaimana
pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku?
5.
Mengapa
dan bagaimana perkembangan sosial seseorang dijadikan implikasi terhadap
penyelenggaraan pendidikan?
3.
Tujuan
Makalah
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan perkembangan sosial
2.
Untuk mengetahui karakteristik
perkembangan sosial anak sampai dewasa
3.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosial
4.
Untuk mengetahui pengaruh
perkembangan sosial terhadap tingkah laku seseorang
5.
Untuk mengetahui alasan
dan implikasi perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan pendidikan.
BAB II
PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA
PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA
A. Pengertian Perkembangan Sosial
Hubungan
sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial
dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan
demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada
jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain
demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan
bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan
antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf
(2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan
tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan
kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Sunarto dan
Hartono (1999) menyatakan bahwa: Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan
hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari
tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan
dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
B.
Karakteristik Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa
Pada usia
ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris)
kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain). Berkat perkembangan sosial anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan
sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan
pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan
kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
Pada masa
remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang
lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut
sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga
berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti
opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman
sebaya).
Apabila
kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara
moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja
tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya
itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka
sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan integritas.
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan integritas.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan
sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan
anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental
terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang
kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan
keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku
kehidupan anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak
lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam
menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan
oleh keluarga. Dan banyak aspek dan dimensi teknis yang terkait dengan
pengasuhan keluarga, seperti di siplin, jumlah dan urutan kelahiran saudara
kandung, keuangan, keadaan atau kondisi, dan kesehatan keluarga yang memberi
kontribusibagi perkembangan psikososial anak-anak muda.
2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis.
Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat
orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu,
kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu
bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau
status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang
dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara
tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga”
status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status
sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan
sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi
“terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit
dengan normanya sendiri.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang
terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,
akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan
mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan
bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada
peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal,
seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh
karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
D. Perkembangan Sosial Pada Masa Sekolah
Perkembangan sosial pada
anak masa sekolah sudah sangat luas. Perkembangan sosial
dan kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai
oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak mulai melepaskan diri dari keluarga
dan makin mendekatkan diri pada orang-orang disamping keluarga.
Perkembangan
sosial pada anak masa sekolah ini ditandai dengan beberapa aktivitas dengan
teman sebaya, yang akan mengurangi interaksi anak dengan keluarga. Anak pada
masa ini akan membagi interaksinya antara pergaulan sosialnya dengan kehidupan
keluarga.
1. Kegiatan Bermain
Dibanding
dengan masa sebelumnya anak pada usia sekolah ini mau tidak mau akan mengurangi
waktu bermain daripada masa sebelumnya. Bermain sangat penting bagi
perkembangan fisik, psikis dan sosial anak. Dengan bermain anak berinteraksi
dengan teman yang akan memberikan berbagai pengalaman berharga.
2. Interaksi dengan anak-anak sebaya
Meluasnya
lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang
ada diluar pengawasan orang tua. Interaksi dengan teman sebaya merupakan
permulaan hubungan persahabatan. Persahabatan pada awal masa sekolah pada
umumnya terjadi atas dasar aktivitas bersama. Hubungan persahabatan itu
bersifat timbal balik dan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
·
ada saling pengertian,
·
saling membantu,
·
saling percaya,
·
saling menghargai dan
menerima.
Teman
sebaya pada umumnya adalah teman sekolah atau teman bermain di luar sekolah.
Minat terhadap kegiatan kelompok mulai timbul. Mereka memiliki teman-teman
sebaya untuk melakukan kegiatan bersama, seperti belajar bersama, melihat
pertunjukan, bermain dan sebagainya.
v Masa
kanak-kanak akhir ini dibagi menjadi dua fase
Ø Masa
kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antarausia 6/7 – 9/10 tahun,
biasaya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar
Ø Masa
kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antarausia 9/10 – 12/13
tahun, biasaya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar.
v Adapun
ciri-ciri anak masa kelas-kelas rendah adalah:
Ø Ada
hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
Ø Suka
memuji diri sendiri
Ø Kalau
tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu
dianggapnya tidak penting
Ø Suka
membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya.
Ø Suka
meremehkan orang lain
v Ciri-ciri
anak masa kelas-kelas tinggi adalah:
Ø Perhatiannya
tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari
Ø Ingin
tahu, ingin belajar dan realistis
Ø Timbul
minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
Ø Anak memandang nilai
sebagai ukuran yang tepat sebagai prestasi belajar
Ø Anak suka membentuk
kelompok sebaya untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam
kelompoknya.
E. Perkembangan Sosial Remaja
- Memperluas kontak sosial. Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahanya, apakan disekolah atau dilingkungan tetngga. Remaja mulai menginginkan teman yang memiliki nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuat rasa aman, mereka dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua.
- Mengembangakan identitas diri. Remaja dalam kehidupannya mulai ingin menjawab pertanyaan tentang dirinya, siapakah saya?
- Menyesuaikan dengan kematangan seksual.
- Belajar menjadi orang dewasa.
a)
Sikap Sosial Remaja
Perkembangan
sikap sosial remaja ada yang disebut sikap konformitas dan sikap heteroseksual.
Sikap konformitas merupakan sikap ke arah penyamanan kelompok yang menekankan
remaja dapat bersifat positif dan negatif. Sikap konformitas yang negatif
seperti pengrusakan, mencuri dll. Sedang konformitas positif misalnya
menghabiskan sebagian waktu dengan anggota lain yang melibatkan kegiatan sosial
yang baik.
Perubahan
sikap dan perilaku seksual remaja yang paling menonjol adalah bidang
heteroseksual ( Hurlock, 1991). Mereka mengalami perkembangan dari tidak
menyukai lawan jenis, menjadi menyukai lawan jenis. Kesempatan dalam berbagai
kegiatan sosial semakin luas, yang menjadikan remaja memiliki wawasan yang
lebih luas. Remaja semakin mampu dalam berbagai kemampuan sosial yang dapat
meningkatkan kepercayaan diri.
v Terkait
dengan hubungan heteroseksual ada beberapa tujuan yang dicapai yaitu;
- Remaja dapat berlajar berinteraksi dengan lawan jenis, dimana akan mempermudah perkembangan sosial mereka terutama kehidupan keluarga.
- Remaja akan dapat melatih diri untuk menjadi mandiri, yaitu diperoleh dengan berbagai kegiatan sosial.
- Remaja akan mendapatkan status tersendiri dalam kelompok.
- Remaja dapat belajar melakukan memilih teman.
Orang
tua dan pendidik harus membimbing remaja agar dapat mencapai hubungan baru dan
yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran
sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya
secara efektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab,
mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, memperoleh
perangkat nilai, serta sistem atis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
F. Perkembangan Sosial Dewasa Awal
Pada
masa dewasa awal/dewasa dini, perkembangan emosi dan sosial sangat berkaitan
dengan adanya perubahan minat. Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi
perubahan minat pada masa ini adalah perubahan kondisi kesehatan, perubahan
status sosial ekonomi, perubahan dalam pola kehidupan, perubahan peran seks,
perubahan status dari yang belum menikah ke status menikah. Pemahaman akan
makna cinta yang sebenarnya mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan
pasangan, anak-anak, dan lingkungan si sekitarnya yang pada akhirnya
mempengaruhi kebahagiaan individu tersebut.
Untuk
perkembangan sosialnya, sebagaimana yang ditekankan oleh Erikson, masa dewasa
sini merupakan masa krisis isolasi (Hurlock, 1991). Hal ini dikarenakan
kegiatan sosial pada masa dewasa dini sering dibatasi karena berbagai tekanan
pekerjaaan dan keluarga. Peran sosial sering terbatas, sehingga dapat juga
mempengaruhi persahabatan, pengelompokan sosial serta nilai-nilai yang
diberikan pada popularitas individu.
1. Perkembangan Sosial Dewasa Madya
Santrock
(2002) menekankan bahwa perkembangan emosi sosial dan moral yang menjadi titik perhatian
pada masa dewasa madya adalah berkenaan dengan beberapa hal, yaitu:
2. Pernikahan dan Cinta
Pada
masa dewasa madya, fase kehidupan keluarga mempengaruhi ciri khas perkembangan
emosinya. Pada fase ini berada pada taraf kestabilan
dalam berumah tangga. Stabilitas dicapai karena
perjuangn pasangan dalm memupuk cintanya selama bertahun-tahun dengan
dipengaruhi sikap toleransi antar pasangan.
3. Sindrom sarang kosong
Sebuah
peristiwa penting dalam keluarga apabila anak-anak yang beranjak dewasa mulai meninggalkan
rumah menuju ke kedewasaan. Sindrom sarang kosong ini menyatakan bahwa kepuasan
pernikahan akan menurun karena anak-anak mulai meninggalkan orangtuanya.
Orangtua yang mengalami ini bilamana selama masa sebelumnya kepuasan ada pada
interaksi bersama anak-anak.
4. Hubungan Persaudaraan dan persahabatan
Hubungan
dengan saudara semakin meningkat pada usia ini. Pada masa ini biasanya individu
dituntut untuk membimbing masa-masa sebelumnya. Begitupun dengan persahabatan
dengan beberapa teman, pada masa ini mengalami peningkatan. Berbagai aktivitas
sosial maupun olahraga merupakan beberapa hal yang sering dilakukan bersama.
5. Pengisian Waktu Luang
Individu
pada masa dewasa madya atau tengah perlu menyiapkan diri unguk masa pensiun,
baik secara keuangan maupun psikologis. Membangun dan memenuhi
aktivitas-aktivitas luang merupakan bagian yang penting untuk persiapan masa
pensiun, sehingga peralihan ke masa usia lanjut tidak begitu menekan individu
yang dapat menyebabkan cemas.
6. Hubungan antar generasi
Kedekatan
antar generasi terlihat semakin dekatnya anak-anak yang beranjak dewasa dengan
orangtuanya, terutama itu dan anak perempuan.
G. Perkembangan Sosial Dewasa Akhir
1. Teori Sosial Lanjut Usia
Latrancois (1984)
menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan hubungan antara
umur manusia dengan kegiatannya:
a. Teori disangrefement. Teori ini secara formal
diajukan oleh Cumming dan Henry pada tahun 1961. Teori ini berpendapat bahwa
semakin tinggi manusia akan diikuti secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya
interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan dunia.
b. Teori Activity. Teori ini bertolak
belakang dengan teori yang pertama, menyatakan
bahwa semakin tua seseorang akan semakin memilihara hubungan sosial, fisik
maupun emosionalnya. Kepuasan hidup orang tua sangat tergantung pada
kelangsungan keterlibatannya pada berbagai kegiatan.
2. Keluarga dan Hubungan Sosial
Pola kehidupan keluarga
mengalami perubahan seiring meningkatnya usia seseorang. Pensiun yang berarti
berkurangnya pendapatan, kematian pasangan, keduanya juga mempengaruhi
kehidupan dalam keluarga. Semua perubahan menuntut penyesuaian.
- Hubungan dengan pasangan hidupnya
- Hubungan dengan anak
- Ketergantungan orang tua
- Hubungan dengan para cucu
Hubungan dengan orang
lain cenderung dan berkurang atau menurun. Kontak sosial dengan teman atau
sahabat yang masih terjalin memiliki efek yang sangat positif bagi lanjut usia.
Lanjut usia akan lebih
menikmati waktunya dengan temannya daripada dengan keluarganya, karena dengan
sesama lanjut usia mereka lebih dapat berdiskusi dengan masalah-masalah yang
mereka hadapi bersama dan saling membantu memecahkan masalah masing-masing.
H. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam
perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian
diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran
dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang
menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
a.Cita-cita dan idealisme yang baik,
terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan
akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
b.Kemampuan berfikir dengan pendapat
sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Melalui banyak
pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang
lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat
kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.
I. Implikasi Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja yang
dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang
terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belummemahami benar
tentang norma-norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat.
Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang kuarang serasi, karena mereka
sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau
masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan
kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan
hubungan sosial remaja yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta
lingkungan masyarakat
1. Lingkungan Keluarga
Orang tua
hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan
terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim
kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadp
pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan
psikologis untuk mengungkapkan perasaannya. Dengan cara demikian, remaja akan
merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati sebagai
manusia oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Dalam
konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga
jenis pola asuh orang tua yaitu :
a. Pola asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
mendidik anaknya dengan senantias memberikan penjelasan yang masuk akal
terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang
b. Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh
anak meskipun anak tidak dapat menerimanya.
c.
Pola asuh lepas kasih (love
withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik
anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak
menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau
melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu
dikembalikan seperti sediakala.
Dalam
konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan
hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan
adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil
oleh orang tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan
orang tua terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan
atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat
mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau
tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya.
2. Lingkungan Sekolah
Di dalam
mengembankan hubungan social remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses
pendidikan yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang
diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap
pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak
hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan
pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga
harus membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang
secara maksimal.
3. Lingkungan Masyarakat
a.
Penciptaan kelompok sosial remaja
perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah perilaku yang
bermanfaat.
b.
Perlu sering diadakan kegiatan kerja
bakti , bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan
masyarakat.
J. Tingkah Laku Sosial Pada Priode
Remaja
Masa remaja adalah saat mencoba melakukan peranan
sosial yang baru yang menuntut cara-cara bertingkah laku sosial tertentu. Dalam
suasana mencoba melaksanakan peranan sosial tingkah laku sosial yang baru ini.
Remaja dapat saja mengalami berbagai rintangan dan kegagalan. Ada berbagai
macam kekhususan tingkah laku sosial remaja yang penting untuk di pahami,
yaitu:
1.
Ketertarikan terhadap lawan jenis.
Hal ini merupakan suatu perubahan hubungan sosial yang menonjol pada priode
remaja. Ketertarikan terhadap lawan jenis dapat di lihat dari kegembiraan dalam
kelompok anggota yang kelompok anggotanya heterogan, yaitu terdiri dari pria
dan wanita yang sebelumnya remaja menyukai berkelompok dengan anggota kelompok
yang homogen, yaitu terdiri wanita sama wanita dan pria sama pria. Ada beberapa
kriteria yang harus dimiliki remaja untuk dapat menjadi populer diantaranya
menampilkan fisik yang menarik (pria dengan bentuk tubuh yang gagah dan wanita
dengan wajah yang menawan dan tubuh yang seimbang, sikap yang tenang namun
periang, dan penuh perhatian) (hurlock, 1980).
2.
Kemandirian bertingkah laku sosial,
tingkah laku lainnya yang berkembang pada priode remaja adalah tingkah laku
sosial yang mandiri, artinya remaja memilih dan menentukan sendiri dengan siapa
dia akan berteman. Karena remaja berusaha mandiri dalam bersosialisasi maka
diharapkan remaja dapat mengambil keputusan tingkah laku yang tepat dalam
menghadapi orang-orang yang baru dalam situasi yang baru, dan semua ini memerlukan
proses belajar
3.
Kesenangan berkelompok, hidup
berkelompok teman sebaya merupakan kebutuhan pada masa remaja.(hurlock 1980)
a.
Kelompok Temen Dekat
Kelompok ini muncul pada masa remaja awal atau puber
yang terdiri dari dua atau tiga orang teman dekat dengan jenis kelamin yang
sama. Dalam kelompok terdiri saling membantu pemecahan masalah, berbagai rasa
aman namun tidak jarang terjadi pertengkaran, tapi mereka akan rukun kembali.
b.
Kelompok Kecil
Teman yang dipilih cenderung yang sama minat dan sama
pandangan dalam memahami permasalah hidup.
c.
Kelompok Besar
Kelompok ini terbentuk sejalan ddengan peningkatan
aktivitas remaja itu seperti kegiatan rekreasi, acara-acara kesenian,olah raga
,dll.
d.
Kelompok Terorganisasi
Merupakan kelompok pemuda yang terorganisasi oleh
orang dewasa untuk tujuan pembinaan terhadap remaja. Kegiatan nya diarahkan
kepada kegiatan yang bermamfaat bagi perkembangan remaja itu sendiri maupun
masyarakat.
e.
Kelompok Geng
Kelompok ini beranggotakan remaja yang ditolak atau
tidak puas dalam kelompok terorganisasi, lalu menggabungkan diri menjadi
kelompok yang disebut geng.
Fungsi teman sangat penting bagi remaja terutama sebagai
tempat berbagi rasa dan penderitaan maupun kebahagian serta belajar cara-cara
menghadapi masalah yang banyak timbul karena tugas-tugas perkembangan yang
harus mereka kuasai. Pada masa remaja akhir teman lawan jenis sangat penting
walaupun teman sesama jenis tetap dibutuhkan. Teman yang dipilih ceenderung
yang sama pandangan dan memahami permasalahan kehidupan.
K.
Perbedaan
Individual Dalam Perkembangan Sosial
Bergaul
dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang, baik secara
individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek. Terdapat perbedaan
individual manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai
dengan teori komprehensif yang di kemukan oleh Erickson yang menyatakan bahwa
manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh , alam dan kehidupan masyarakat
menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat
kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang
kelompok-kelompok sosial yang beraneka ragam.
Remaja yang
telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari
pola-pola yang sesuai dengan kepribadiannya.
L. Upaya Guru Pembimbing
Mengatasi Masalah Perkembangan Sosial Remaja Sesuai Bidang Bimbingan
Dalam masalah sosial, guru
pembimbing sangat dibutuhkan dalam menangani masalah ini. Dengan cara
mendiagnosis masalah sosial siswa, diagnosis dilakukan dalam rangka memberikan
solusi terhadap siswa yang mengalami masalah sosial. Untuk mendapatkan solusi
secara tepat atas permasalahan sosialnya, guru pembimbing harus terlebih dahulu
melakukan identifikasi dalam upaya mengenali gejala-gejala secara cermat
terhadap fenomena-fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya permasalahan
sosial yang melanda siswa. Diagnosis dilakukan untuk mengetahui dan menetapkan
jenis masalah yang dihadapi klien lalu menentukan jenis bimbingan yang akan
diberikan. Dalam melakukan diagnostic sosial siswa perlu ditempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengenal peserta didik yang mengalami masalah sosial.
Dalam mengenali peserta
didik yang mengalami masalah sosial, cara yang paling mudah adalah dengan
melaksanakan sosiometri. Sosiometri merupakan suatu metode untuk mengumpulkan
data tentang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu
kelompok. Sehingga, akan tergambar siswa yang mengalami masalah sosial.
2.
Memahami sifat dan jenis
masalah sosial.
Langkah kedua dari diagnosis
masalah sosial ini mencari dalam hubungan apa saja peserta didik mengalami
masalah sosial. Dalam hal ini guru pembimbing memperhatikan bagaimana perilaku
siswa dalam pergaulan, baik di sekolah, rumah dan masyarakat.
3.
Menetapkan latar belakang
masalah sosial.
Langkah
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang latar belakang yang menjadi
sebab timbulnya masalah sosial yang dialami siswa. Cara ini dilakukan dengan
mengamati tingkah laku siswa yang bersangkutan, selanjutnya dilakukan wawancara
dengan guru, wali kelas, orang tua dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan
informasi yang luas dan jelas.
4. Menetapkan usaha-usaha
bantuan.
Setelah diketahui sifat
dan jenis masalah sosial serta latar belakangnya, maka langkah selanjutnya
ialah menetapkan beberapa kemungkinan tindakan-tindakan usaha bantuan yang akan
diberikan, berdasarkan data yang diperoleh.
5. Pelaksanaan bantuan.
Langkah ini merupakan
pelaksanaan dari langkah sebelumnya, yakni melaksanakan kemungkinan usaha
bantuan. Pemberian bantuan dilaksanakan secara terus menerus dan terarah dengan
disertai penilaian yang tepat sampai pada saat yang diperkirakan. Bantuan untuk
mengentaskan masalah sosial terutama menekankan akan penerimaan sosial dengan
mengurangi hambatan-hambatan yang menjadi latar belakangnya. Pemberian bantuan
ini bisa dilakukan melalui layanan konseling kelompok yang memanfaatkan
dinamika kelompok.
6. Tindak lanjut.
Tujuan langkah ini ialah
untuk menilai sejauh manakah tindakan pemberian bantuan telah mencapai bantuan
telah mencapai hasil yang diharapkan. Tindak lanjut dilakukan secara terus
menerus, baik selama, maupun sesudah pemberian bantuan. Dengan langkah ini
dapat diketahui keberhasilannya.
Dalam menjalankan
tugasnya, guru pembimbing harus mengacu kepada BK pola 17 plus karena guru
pembimbing sebagai sosok dalam penentu berhasil atau tidaknya proses konseling
itu. Adapun BK pola 17 plus itu terdiri atas enam jenis bidang bimbingan:
bimbingan pribadi, belajar, sosial, karir, berkeluarga, beragama. Dan sembilan
jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling
kelompok, konsultasi, mediasi. Serta lima kegiatan pendukung: aplikasi
instrumentasi, himpunan data, konfrensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan
kasus. Satuan dari kegiatan pola BK 17 plus sebagai berikut : Dalam bidang
bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah berusaha membantu
peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya, yang
dilandasi budi pekerti dan tanggung jawab kemasyarakatan dan bernegara.
Bimbingan pribadi berorientasi pada diri individu sendiri, bidang pengembangan
sosial, yaitu hubungan individu dengan orang-orang lain. Unsur-unsur komunikasi
dan kebersamaan dalam arti yang seluas-luasnya menjadi acuan pokok dalam bidang
pengembangan sosial.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan
uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
1.
Perkembangan sosial adalah
berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya
kenutuhan hidup manusia.
2.
Perhatian remaja mulai tertuju pada
pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma
kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk
kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
3.
Perkembangan anak remaja dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak, status sosial
ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama intelek dan emosi.
4.
Hubungan sosial remaja terutama yang
berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku,
seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois
dan sebagainya.
5.
Tiga hal penting yang mempengaruhi
perkembangan sosial pada tingkat awal adalah orang tua dan keluarga,ditambah
kelompok remaja (peer group) dan sekolah tempat anak mengembangkan keterampilan
sosial. Kelompok anak laki-laki dan kelompok anak perempuancenderung berbeda
dalam menilai sikap dan tingkah lakui. Kelompok anak laki-laki yang agresif dan
terampil dalam olah raga adalah penting. Kelompok anak perempuan yang menarik
dan populer adalah penting.
6.
Anak-anak mulai berintraksi sosial
dengan anak-anak lain, mula-mula dengan anggota keluarga di rumah, kemudian di
sekitar tetangga dan akhirnya ke sekolah. Aturan –aturan di rumah ditambah aturan-aturan di sekolah.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penyusun menyarankan
setiap calon pendidik dapat memahami konsep perkembangan sosial peserta
didiknya.
Daftar
Pustaka
Kurnia, inggrid dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Best Betting Sites in the UK (2021) - DrMCD
BalasHapusThis list 부산광역 출장안마 is 대구광역 출장샵 not exhaustive. With 광주광역 출장마사지 the exception of betting sites which offer this kind of betting platform, most online 안양 출장마사지 bookmakers have chosen to offer it to 수원 출장샵